BREAKING
Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts

Sunday, March 20, 2016

HILANGNYA "MUTIARA" ASLI BUMI NUSANTARA

Kearifan Lokal Entah Kemana?

Dalam khasanah referensi kebudayaan Jawa dikenal berbagai literatur sastra yang mempunyai gaya penulisan beragam dan unik. Sebut saja misalnya; kitab, suluk, serat, babad, yang biasanya tidak hanya sekedar kumpulan baris-baris kalimat, tetapi ditulis dengan seni kesusastraan yang tinggi, berupa tembang yang disusun dalam bait-bait atau padha yang merupakan bagian dari tembang misalnya; pupuh, sinom, pangkur, pucung, asmaradhana dst. Teks yang disusun ialah yang memiliki kandungan unsur pesan moral, yang diajarkan tokoh-tokoh utama atau penulisnya, mewarnai seluruh isi teks.

Dalam ajaran Budi Pekerti, terdapat dua bentuk ancaman besar yang mendasari sikap kewaspadaan (eling lan waspada), karena dapat menghancurkan kaidah-kaidah kemanusiaan, yakni; hawanepsu dan pamrih. Manusia harus mampu meredam hawa nafsu atau nutupi babahan hawa sanga. Yakni mengontrol nafsu-nafsunya yang muncul dari sembilan unsur yang terdapat dalam diri manusia, dan melepas pamrihnya.  

Dalam perspektif kaidah Jawa, nafsu-nafsu merupakan perasaan kasar karena menggagalkan kontrol diri manusia, membelenggu, serta buta pada dunia lahir maupun batin. Nafsu akan memperlemah manusia karena menjadi sumber yang memboroskan kekuatan-kekuatan batin tanpa ada gunanya. Lebih lanjut, menurut kaidah Jawa nafsu akan lebih berbahaya karena mampu menutup akal budi. Sehingga manusia yang menuruti hawa nafsu tidak lagi menuruti akal budinya (budi pekerti). Manusia demikian tidak dapat mengembangkan segi-segi halusnya, manusia semakin mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik, ketegangan, dan merusak ketrentaman yang mengganggu stabilitas kebangsaan 

Untuk menjaga kaidah-kaidah manusia supaya tetap teguh dalam menjaga kesucian raga dan jiwanya, dikenal di dalam falsafah dan ajaran Jawa sebagai lakutama, perilaku hidup yang utama. Sembah merupakan salah satu bentuk lakutama, sebagaimana di tulis oleh pujangga masyhur (tahun 1811-1880-an) dan pengusaha sukses, yang sekaligus Ratu Gung Binatara terkenal karena sakti mandraguna, yakni Gusti Mangkunegoro IV dalam kitab Wedhatama (weda=perilaku, tama=utama) mengemukakan sistematika yang runtut dan teratur dari yang rendah ke tingkatan tertinggi, yakni catur sembah; sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa. Catur sembah ini senada dengan nafsul mutmainah (ajaran Islam) yang digunakan untuk meraih ma’rifatullah, nggayuh jumbuhing kawula Gusti. Apabila seseorang dapat menjalani secara runtut catur sembah hingga mencapai sembah yang paling tinggi, niscaya siapapun akan mendapatkan anugerah agung menjadi manusia linuwih, atas berkat kemurahan Tuhan Yang Maha Kasih, tidak tergantung apa agamanya.  

Demikian lah makna dari ajaran Budi Pekerti yang sesungguhnya, dengan demikian dapat menambah jelas  pemahaman terhadap konsepsi pendidikan budi pekerti yang mewarnai kebudayaan Jawa. Hal ini dapat diteruskan kepada generasi muda guna membentuk watak yang berbudi luhur dan bersedia menempa jiwa yang berkepribadian teguh. Uraian yang memaparkan nilai-nilai luhur dalam kebudayaan masyarakat Jawa yang diungkapkan diatas dapat membuka wawasan pikir dan hati nurani bangsa bahwa dalam masyarakat kuno asli pribumi telah terdapat seperangkat nilai-nilai moralitas yang dapat diterapkan untuk mengangkat harkat dan martabat hidup manusia.

 Selanjutnya

Tuesday, October 22, 2013

IJAB KABUL,MANTU SULTAN ANGGER PRIBADI WIBOWO

Angger Pribadi Wibowo, calon menantu Sri Sultan Hamengkubuwono X, berjalan jongkok saat diwisuda menjadi pangeran di kompleks Keraton Yogyakarta, (12/8). Staf PBB di New York ini diwisuda menjadi pangeran bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro. TEMPO/Suryo Wibowo

Calon menantu Sultan Hamengku Buwono X, Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro, mengucapkan ijab kabul menggunakan bahasa Jawa dengan lancar, Selasa, 22 Oktober 2013.

Hal yang sama juga pernah dialami suami putri bungsu Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, KPH Yudonegoro, pada Oktober 2011 lalu. Bedanya, Yudonegoro harus bersusah payah terlebih dahulu untuk mengucapkan kalimat ijab kabul dengan bahasa Jawa itu.

Maklum saja, Yudonegoro adalah menantu Sultan asal Lampung. Bahasa sehari-hari yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Lampung. Sedangkan Notonegoro yang kini resmi menjadi suami putri keempat Sultan, GKR Hayu, berasal dari Kudus, Jawa Tengah.

Sejak awal, Yudonegoro telah mendapatkan kemudahan untuk memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa saat mengucapkan ijab kabul. Menantu Sultan yang bekerja sebagai Staf Wakil Presiden itu mantap memilih untuk menggunakan bahasa Jawa.

“Tentu sangat berbeda jika diucapkan dengan bahasa Jawa. Saya ingin sesuatu yang sakral,” kata Yudonegoro.

Monday, October 14, 2013

HARI RAYA IDUL ADHA PENUH MAKNA DAN HIKMAH


Hari Raya Idul adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah merupakan salah satu hari raya bagi umat Islam. Di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, hari raya tersebut kerap dinamakan Hari Raya Haji. Perayaan Idul Adha dipusatkan di Mina, sebuah desa kecil di dekat kota Mekkah. Di sanalah terdapat tiga tiang batu yang melambangkan iblis. Ritual tersebut dinamakan melempar jumrah.

Sementara itu, kurban yang dipersembahkan merupakan lambang ketakwaan kepada Allah. Berkurban yang diperintahkan kepada Ibrahim memberikan pesan bahwa ketaatan kepada Allah harus ditempatkan di atas segalanya, termasuk kecintaan terhadap anak-istri dan kekayaan duniawi.

Hari Raya Idul Adha juga sering disebut sebagai Hari Raya Kurban atau Idul Qurban. Ritual kurban tersebut dilakukan pada bulan Dzulhijah, tepatnya pada tanggal 10 (hari nahar), 11, 12, 13 (hari tasyrik).

Al-Quran menyebutkan, Allah memberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. melalui mimpi untuk menyembelih Ismail. Dikisahkan pula bahwa Ibrahim dan Ismail mematuhi perintah tersebut. Namun, ketika sebilah pedang milik Ibrahim telah siap terayun ke leher Ismail, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.

Pada Hari Raya Idul Adha banyak sekali hikmah yang dapat dipetik. Orang yang berkurban pun diperbolehkan untuk ikut menikmati daging kurban tersebut, kecuali jika ia bernazar akan berkurban dan menyedekahkan semuanya kepada kalangan yang tak mampu. Dengan demikian, pembagian daging kurban berdasarkan pada prinsip keadilan dan kasih sayang.

Prinsip itulah yang di masa kini sangat dibutuhkan umat muslim di Indonesia. Bukankah itu cerminan dan suri teladan Nabi Ibrahim a.s. dengan segenap ketulusannya saat harus mengorbankan sesuatu yang sangat dicintainya, yaitu Ismail, sang anak yang telah lama sangat didambakan kehadirannya.

Selanjutnya

Tuesday, October 8, 2013

Kemunduran Budaya Jawa


Kemunduran Budaya Jawa, Apa Yang Terjadi dengan Kebudayaan Jawa?

Indonesia adalah mayoritas manusia Jawa. Pada saat ini Indonesia kembali menjadi ajang pertempuran antara: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. Kemunduran kebudayaanmanusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah selesai dialami oleh bangsa Indonesia. Politisasi uang dan agama mengakibatkan percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.

Pemanfaatan agama (politisasi agama) oleh negara asing (Negara
-negara Arab) untuk mendominasi dan menipiskan kebudayaan Indonesia terbuka sangat bagus, ini berlangsung dengan begitu kuat dan begitu vulgarnya. Berikut ini adalah gerilya kebudayaan yang sedang berlangsung:
Ø  Dalam sinetron, hal-hal yang berbau mistik, dukun, santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris; kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan pakaian keagamaan dari Timur Tengah atau Arab. Kebudayaan yang Jawa dikalahkan oleh yang Timur Tengah.
Ø  Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas, luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya.Dimulai dengan salam pertemuan yang memakai assalam dan wassalah Arab itu membuat manusia dekat dengan surga.
Ø  Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab, celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Kemudian, mereka lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.
Ø  Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2 yang tidak berdasar nalar dan tidakmenjaga keharmonisan masyarakat sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Sejarah ORBA membuktikan bahwa MUI dan ICMI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih.
Ø  Buku-buku yang sulit diterima nalar, dan secara ngawur dan membabi buta ditulis hanya untukmelawan dominasi ilmuwan Barat saat ini membanjiri pasaran di Indonesia.
Masyarakat Indonesia harus selalu siap dan waspada dalam memilih buku yang ingin dibacanya.
Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat sangat cerdik, yaitu:
kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi, kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus ditentang karena tidak sesuai! Padahal kebudayaan Arab adalah sangat asing.
Ø  Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui peraturan negara seperti undang-undang,misalnya hukum Syariah yang mulai diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU Anti Pornografi dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika dan sangat menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni). “Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Berapa banyak madrasah/pesantren di Indonesia yang dijadikan tempat2 cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Indonesia secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia bagaikan berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2. Berbagai fatwa MUI yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong manusia Jawa gencar dilancarkan.
Indonesia terus dengan mudah dikibulin dan dinina bobokan untuk menjadi negara peng export dan sekaligus pengimport terbesar didunia, sungguh suatu kebodohan yang maha luar biasa.

Semestinya bangsa ini mampu mendikte Jepang dan negara lain untuk mendirikan pabrik di Indonesia, misalnya pabrik: Honda di Sumatra, Suzuki di Jawa, Yamaha di Sulawesi, dan seterusnya. Sungguh keterlaluan dan memalukan. Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama, dan tidak perlu mengorbankan budaya lokal.

Kepentingan negara asing untuk menguasai bumi dan alam Indonesia yang kaya raya dan indah sekali sungguh riil dan kuat sekali, kalau negara modern memakai teknologi tinggi dan jasa keuangan, sedangkan negara lain memakai politisasi agama beserta kebudayaannya. Seperti pusat agama Kristen modern, yang tidak lagi di Israel, melainkan di Itali dan Amerika.
  
Ulil Abshar Abdala
 
Copyright © 2013 otomoccoblog
Design by FBTemplates | BTT