Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts
Sunday, March 20, 2016
Tuesday, October 22, 2013
IJAB KABUL,MANTU SULTAN ANGGER PRIBADI WIBOWO
Angger
Pribadi Wibowo, calon menantu Sri Sultan Hamengkubuwono X, berjalan jongkok
saat diwisuda menjadi pangeran di kompleks Keraton Yogyakarta, (12/8). Staf PBB
di New York ini diwisuda menjadi pangeran bergelar Kanjeng Pangeran Haryo
Notonegoro. TEMPO/Suryo Wibowo
Calon menantu Sultan Hamengku Buwono X, Kanjeng Pangeran Haryo
Notonegoro, mengucapkan ijab kabul menggunakan bahasa Jawa dengan
lancar, Selasa, 22 Oktober 2013.
Hal yang sama juga pernah dialami suami putri bungsu Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, KPH Yudonegoro, pada Oktober 2011 lalu. Bedanya, Yudonegoro harus bersusah payah terlebih dahulu untuk mengucapkan kalimat ijab kabul dengan bahasa Jawa itu.
Maklum saja, Yudonegoro adalah menantu Sultan asal Lampung. Bahasa sehari-hari yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Lampung. Sedangkan Notonegoro yang kini resmi menjadi suami putri keempat Sultan, GKR Hayu, berasal dari Kudus, Jawa Tengah.
Sejak awal, Yudonegoro telah mendapatkan kemudahan untuk memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa saat mengucapkan ijab kabul. Menantu Sultan yang bekerja sebagai Staf Wakil Presiden itu mantap memilih untuk menggunakan bahasa Jawa.
“Tentu sangat berbeda jika diucapkan dengan bahasa Jawa. Saya ingin sesuatu yang sakral,” kata Yudonegoro.
Maklum saja, Yudonegoro adalah menantu Sultan asal Lampung. Bahasa sehari-hari yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Lampung. Sedangkan Notonegoro yang kini resmi menjadi suami putri keempat Sultan, GKR Hayu, berasal dari Kudus, Jawa Tengah.
Sejak awal, Yudonegoro telah mendapatkan kemudahan untuk memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa saat mengucapkan ijab kabul. Menantu Sultan yang bekerja sebagai Staf Wakil Presiden itu mantap memilih untuk menggunakan bahasa Jawa.
“Tentu sangat berbeda jika diucapkan dengan bahasa Jawa. Saya ingin sesuatu yang sakral,” kata Yudonegoro.
Monday, October 14, 2013
HARI RAYA IDUL ADHA PENUH MAKNA DAN HIKMAH
Hari Raya Idul adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah merupakan salah satu hari raya bagi umat Islam. Di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, hari raya tersebut kerap dinamakan Hari Raya Haji. Perayaan Idul Adha dipusatkan di Mina, sebuah desa kecil di dekat kota Mekkah. Di sanalah terdapat tiga tiang batu yang melambangkan iblis. Ritual tersebut dinamakan melempar jumrah.
Sementara itu, kurban yang dipersembahkan merupakan lambang ketakwaan kepada Allah. Berkurban yang diperintahkan kepada Ibrahim memberikan pesan bahwa ketaatan kepada Allah harus ditempatkan di atas segalanya, termasuk kecintaan terhadap anak-istri dan kekayaan duniawi.
Hari Raya Idul Adha juga sering disebut sebagai Hari Raya Kurban atau Idul Qurban. Ritual kurban tersebut dilakukan pada bulan Dzulhijah, tepatnya pada tanggal 10 (hari nahar), 11, 12, 13 (hari tasyrik).
Al-Quran menyebutkan, Allah memberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. melalui mimpi untuk menyembelih Ismail. Dikisahkan pula bahwa Ibrahim dan Ismail mematuhi perintah tersebut. Namun, ketika sebilah pedang milik Ibrahim telah siap terayun ke leher Ismail, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.
Pada Hari Raya Idul Adha banyak sekali hikmah yang dapat dipetik. Orang yang berkurban pun diperbolehkan untuk ikut menikmati daging kurban tersebut, kecuali jika ia bernazar akan berkurban dan menyedekahkan semuanya kepada kalangan yang tak mampu. Dengan demikian, pembagian daging kurban berdasarkan pada prinsip keadilan dan kasih sayang.
Prinsip itulah yang di masa kini sangat dibutuhkan umat muslim di Indonesia. Bukankah itu cerminan dan suri teladan Nabi Ibrahim a.s. dengan segenap ketulusannya saat harus mengorbankan sesuatu yang sangat dicintainya, yaitu Ismail, sang anak yang telah lama sangat didambakan kehadirannya.
Tuesday, October 8, 2013
Kemunduran Budaya Jawa
Kemunduran Budaya Jawa, Apa Yang Terjadi dengan Kebudayaan Jawa?
Indonesia
adalah mayoritas manusia Jawa. Pada
saat ini Indonesia kembali menjadi
ajang pertempuran antara: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan
kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. Kemunduran kebudayaanmanusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di
Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia,
sebagai contoh kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah
selesai dialami oleh bangsa Indonesia. Politisasi uang dan agama mengakibatkan
percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.
Pemanfaatan agama (politisasi agama) oleh negara asing (Negara-negara Arab) untuk mendominasi dan menipiskan kebudayaan Indonesia terbuka sangat bagus, ini berlangsung dengan begitu kuat dan begitu vulgarnya. Berikut ini adalah gerilya kebudayaan yang sedang berlangsung:
Ø Dalam sinetron, hal-hal yang berbau mistik, dukun,
santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang mengenakan
pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris; kemudian
hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan pakaian
keagamaan dari Timur Tengah atau Arab. Kebudayaan yang Jawa dikalahkan oleh
yang Timur Tengah.
Ø Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas,
luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya.Dimulai dengan salam pertemuan yang
memakai assalam dan wassalah Arab itu membuat manusia dekat
dengan surga.
Ø Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab,
celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Kemudian, mereka lebih dalam lagi
mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan
bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.
Ø Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2
yang tidak berdasar nalar dan tidakmenjaga keharmonisan masyarakat sungguh
menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Sejarah ORBA membuktikan
bahwa MUI dan ICMI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih.
Ø Buku-buku yang sulit diterima nalar, dan secara ngawur dan
membabi buta ditulis hanya untukmelawan dominasi ilmuwan Barat saat ini
membanjiri pasaran di Indonesia.
Masyarakat Indonesia harus selalu siap dan waspada
dalam memilih buku yang ingin dibacanya.
Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat
sangat cerdik, yaitu:
kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi,
kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus ditentang karena
tidak sesuai! Padahal kebudayaan Arab adalah sangat asing.
Ø Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui
peraturan negara seperti undang-undang,misalnya hukum Syariah yang mulai
diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU Anti Pornografi
dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika dan sangat
menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni). “Telah terjadi formalisasi
dan arabisasi saat ini. Berapa banyak madrasah/pesantren di Indonesia yang
dijadikan tempat2 cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Indonesia
secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia bagaikan
berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2. Berbagai fatwa MUI
yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong manusia Jawa gencar
dilancarkan.
Indonesia terus dengan mudah dikibulin dan dinina
bobokan untuk menjadi negara peng export dan sekaligus pengimport terbesar
didunia, sungguh suatu kebodohan yang maha luar biasa.
Semestinya bangsa ini mampu mendikte Jepang dan negara
lain untuk mendirikan pabrik di Indonesia, misalnya pabrik: Honda di Sumatra,
Suzuki di Jawa, Yamaha di Sulawesi, dan seterusnya. Sungguh keterlaluan dan memalukan. Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama,
dan tidak perlu mengorbankan budaya lokal.
Kepentingan negara asing untuk menguasai bumi dan alam
Indonesia yang kaya raya dan indah sekali sungguh riil dan kuat sekali, kalau
negara modern memakai teknologi tinggi dan jasa keuangan, sedangkan negara lain
memakai politisasi agama beserta kebudayaannya. Seperti pusat agama Kristen
modern, yang tidak lagi di Israel, melainkan di Itali dan Amerika.
Ulil
Abshar Abdala
Subscribe to:
Posts (Atom)